Santri Ciamis Berjalan Tanpa Alas Kaki
Jujur, Saya Menangis Membaca Tulisan Ini.
Masyaallah... Terima Kasih Yaa Robb... Semangat Jihad Ummat
Islam Indonesia Telah Bangkit..
Penantian saya dan orang-orang yang berbaris di sepanjang Jl
Raya Cileunyi, tidak sia-sia pun tidak surut walau hujan terus mengguyur.
Begitu rombongan pendemo dari Ciamis yang berjalan kaki
muncul dari kejauhan, semua bersiap. Kami berdiri, berbaris panjang sekali di
tepi jalan, menenteng kresek dan kardus berisi segala macam yang bisa kami
berikan.
Air minum dalam kemasan, hansaplast, jamu dalam kemasan
sachet siap minum, masker untuk jaga-jaga jika nanti gas air mata disemburkan
penguasa, sandal jepit, jas hujan dan pakaian ganti plus sekantung plastik
roti, donat, permen, buah, cemilan dll dalam satu plastik berbentuk paketan,
kami bagikan.
Mereka, menerima dengan sangat senang hati. Takbir
bersahutan tiada henti. Hujan, banjir, tidak menyurutkan massa untuk berkumpul
memanjang dari Ujung Jalan Raya Cileunyi sampai Bundaran Cibiru dan sepanjang
jalan Soekarno-Hatta sampai Kantor Perhutani Soekarno - Hatta.
Yang membuat saya merinding, seorang santri kecil berusia
delapan tahun, terlihat ikut berjalan bersama rombongan. TANPA ALAS KAKI, mengatupkan kedua telapak
tangan dan menggigil kedinginan diguyur hujan.
Segera saya "tewak" (tangkap) dan tarik ke pinggir
anak itu.
"Sandalnya mana?" tanya saya.
"Putus Buu, jadi saya buang," katanya.
Seorang dari kami menyodorkan sepasang sandal jepit baru.
"Bawa baju ganti ?" tanya saya lagi.
Anak itu menggeleng.
Saya tarik makin ketepi, tepat di Teras Bank BJB ini. Saya
minta dia melepas plastik kantung yang dipakainya untuk menahan hujan. Ternyata
baju seragam santri yang dipakainya pun basah kuyup. Segera kami sodori sehelai
kaos panjang dan trening panjang, lalu dia memakai jas hujan yang juga kami
sodorkan.
"Kenapa ikut?" tanya saya.
"Ngagentosan (menggantikan) pun Bapa (ayah saya)."
jawab anak lelaki itu.
"Atos ngatunkeun (sudah meninggal)." jawab seorang
santri dewasa yang muncul di belakangnya.
Ada rasa nyeri yang menyayat perut di bawah iga kanan saya.
Entah apa yang ada di benak para penghina, penyinyir dan penista yang kedua
orangnya masih lengkap, berusia dewasa, punya biaya, uang banyak, gagah perkasa
DAN dia MUSLIM tapi bisanya cuma menyinyiri, menista dan menghina...
Rombongan lewat, semua logistik paketan habis kami bagikan.
Tinggal logistik dalam wadah kardus dan karung. Kami naikkan ke ambulance dan
mobil-mobil bertanda rombongan.
Tetiba saya dibuat terkejut. Satu demi satu gadis-gadis
berjilbab lebar itu bergantian memeluk saya dan saling berpelukan antar
sesamanya dengan mata basah.
Ucapan syukur dan tangis kegembiraan mereka, juga terasa
menyayat hati saya.
"Bu, ayo ikut !" teriak anak gadis berjilbab lebar
dan mengendarai sepeda motor. Saya diajak ikut mengiringi laju rombongan itu
bersama anak-anak lain, dengan motor mereka.
Bahagianya hari ini, melupakan derita yg kurasa.
By.Azizah, S.Pd
: Ahsan ismi
0 komentar:
Posting Komentar