Aksi 212 : Pengalaman Direktur Regional PLN Jawa Bagian Tengah

Saya ikut tergelitik untuk menceritakan pengalaman 212 kemarin..

Tanggal 2 desember pagi saya kurang enak badan dan sempat sampaikan kepada teman-teman direksi untuk izin pagi itu karena niat masuk siang hari bila badan sudah lebih sehat.

Entah kenapa paginitu saya tetap berjalan keluar rumah ke arah kantor. Tidak ada niat dihari-hari sebelumnya maupun pagi itu untuk menghadiri acara aksi super damai dan istighotsah maupun sholat jumat diseputaran monas apalagi sudah ada acara terjadwal dikantor.  Karena jalan tol cukup padat, dari dalam mobil saya sempatkan baca tulisan tulisan di WAG tentang aksi 212 dan terbaca satu tulisan yang sungguh menyentuh dan terasa menegur jiwa untuk peduli dan turut menghayati kebesaran illahi,  Allah SWT.

sebelum keluar tol Semanggi,  tiba-tiba saya sampaikan ke pengemudi bahwa kami mau ikut aksi super damai dan istighotsah serta sholat jumat di Monas tapi sebelumnya kekantor dahulu untuk satu kepentingan. Selanjutnya dengan segera dari kantor saya ke Sahid untuk wudhu dan berganti baju dengan segala ketidaksempurnaan layaknya orang ingin beribadah.  Sementara itu saat mendung mulai terasa akan menitik dari Sahid saya naik ojek ke bundaran HI dan membawa koran untuk pengganti sajadah.

Di Bundaran HI perasaan saya sudah membuncah melihat luar biasa banyaknya ummat dengan langkah pasti dan wajah penuh semangat tapi teduh dan bahagia mencari Ridho illahi. Sementara gema tasbih terus berkumandang dan nama saya disapa seorang wanita. Mungkin orang PLN yang saya tidak kenal menawarkan 1 bungkus nasi bungkus (dengan kertas) , gelas aqua dan sebungkus kentang goreng. Pada detik ini, mata mulai berkaca-kaca... Ya Allah luar biasa rasa persaudaraan seiman membela dan menegakkan kalam illahi. Makanan yang sangat sederhana dan biasanya secara materil tidak dihitung pada hari itu terasa sangat berharga dan bermuatan ibadah yang luar biasa.

Sepanjang jalan tidak ada sampah.  Bersih dan plastik tempat sampah diatur rapi disepanjang jalan. Didalam lokasi saya melihat ada orang eropa yang bertanya kepada beberapa ummat dan dijelaskan dengan sebaik baiknya. Orang eropa itu tersenyum mendengar penjelasan dan kelihatan sangat merasa nyaman dan berterimakasih.

Saya terus berjalan dengan niat ke arah monas. Apa yang terjadi? Ya Allah belum sampai didepan sarinah sudah tidak ada ruang untuk berjalan karena padatnya ummat yang duduk dengan khusyuk bertasbih sambil mendengarkan tausiah. Saya mencari tempat yang lowong dan duduk. Tiba-tiba seorang anak muda yang tidak saya kenal mengambil tempat disamping saya, menyalami dan ingin berfoto bersama. Ternyata karyawan PLN pusat dan bisa saya kenal dan bercakap-cakap justru pada kesempatan seperti ini. Ya Allah, foto itu yang beredar di beberapa WAG.

Tidak terasa air mata mulai menetes seiring berjalannya waktu mendengar tasbih dan gelombang asma Allah 'Allahu Akbar' diucapkan ratusan ribu hingga jutaan ummat secara bergelombang sahut menyahut dari pusat acara di Monas hingga sampai ke bundaran HI. Merinding kita mendengarnya dan tetap merinding walau hanya mengingatnya saat ini.

Hujan mulai turun dan masyaallah, ummat tidak bergerak dari tempatnya, malah semakin khusyuk. Hujan terus turun berlomba dengan air mata yang ikut turun mengalir mengingat kebesaran Allah dan rasa kecil serta tidak berartinya kita sebagai manusia. Takbir bergema dan ummat melaksanakan sholat sunnah dalam hujan yang semakin deras.  Hujan, pertanda Rahmat sekaligus ujian dari Allah SWT sungguh khotbah jumat sungguh luar biasa. Memberi semangat dan keyakinan akan keagungan illahisekaligus bangga sebagai bangsa Indonesia yang beraneka. Sholat jumat dalam deraian hujan dan doa qunut yang panjang dan syahdu semakin menebalkan iman dan tejad membela agama.

Selesai sholat jumat, ummat mulai membuka makanan. Ya Allah, makanan yang sangat sederhana tapi nikmat luar biasa di tengah hujan yang mulai berkurang. Rasa kebersamaan sungguh luar biasa, saling memperhatikan dan berbagi. Tudak ada sekat duniawi. Ya Rabb.... Kembali perasaan membuncah penuh haru dan bahagia. Makanan tiada putus, minuman tiada henti, tersedia disepanjang jalan sama seperti yang saya rasakan beribadah rukun islam ke tanah suci tahun 2003 lalu.

Inilah silaturahim yang sebenarnya. Dalam keterbatasan dan hujan tetapi semua orang terlihat bahagia dengan pandangan tajam namun lembut. Ulama menyampaikan agar saat ummat kembali kerumah masing-masing agar dilakukan dengan tertib. Kembali pulang saya berjalan kaki dijalan Sudirman dari depan Saeinah sampai Sahid. Saya perhatikan sepanjang jalan ummat kembali dengan sangat sangat tertib secara perlahan dan santun dan ditrotoar pejalan kaki, bukan ditengah jalan.!!!! LUAR BIASA ummat mematuhi ulama dan mengagungkan kebesaran illahi. Semua mengikuti aturan, lalulintas lancar dan semua orang merasa aman dan terlindungi.

Sampai titik ini saya merasa bangga san bahagia mengambil keputusan secara tiba-tiba mengikuti aksi super damai ini dan sampai pada kesimpulan : Menegaskan prinsip dan menegakkan hukum serta kebenaran agama kita secara damai, santun dan mendebarkan daripada aksi-aksi yang bersifat agresif dan permusuhan dan selaku ummat harus peduli dan sepenuh hati dalam membela agama.

INSYAALLAH

(Nasri Sebayang/Dir Regular Jawa Bagian Tengah PT. PLN ((persero ))

Sumber: FB Radhi Bakarman
Share on Google Plus

About indrazurra

0 komentar:

Posting Komentar