Catatan Aksi Bela Islam 212


Sejujurnya saya bukanlah orang yang setuju jika sebuah aspirasi dituangkan dengan cara pengumpulan massa. Di kantor, jika misalnya saya kurang setuju dengan atasan, atau melihat sebuah ketidakadilan, alih-alih memilih mencari orang yang sependapat dengan saya, saya lebih memilih membicarakannya langsung ke atasan.

Yah gimana pun juga , atasan 'kan bukan cenayang yang bisa tahu apa isi hati kita. Tapi menurut pengalaman memang tidak semua hal yang kita tidak sukai atau tidak kita amini harus terang-terangan kita tunjukkan. Ada kalanya diam adalah pilihan terbaik, atau menunggu saat yang tepat untuk membicarakannya. Karena bagaimanapun, yang namanya manusia memiliki keterbatasan. Ada banyak pertimbangan yang melatarbelakangi sebuah keputusan.Tidak mungkin seorang pemimpin bisa memuaskan semua pihak. Yang bisa dilakukan hanyalah meminimalisir ketidakpuasan itu sendiri. Nah terkait dengan aksi bela Islam beberapa hari lalu, sikap saya pun demikian.

Terlepas dari pro kontra soal Ahok, saya tetap di pemahaman, bahwa sebuah aspirasi tidak melulu harus dituangkan dengan cara pengumpulan massa. Tapi itukan menurut saya. kalau ternyata menurut sebagian orang pengumpulan massa adalah sebuah media komunikasi yang dianggap paling efektif saat ini, ya monggo aja sih. Kebetulan seharian kemarin pas tanggal 2, di kantor ada beberapa hal yang perlu dikerjakan, jadi saya ngga ngikutin aksi damai dari pagi. baru lihat televisi setelah jam 6 sore. Buka efbe sih sesekali, tapi sambil lalu aja. Isinya berhamburan status haru dan ada banyak asma Allah dan takbir bertebaran. Alhamdulillah, sebagai umat Islam tentu saya bahagia dan bangga melihat begitu banyak saudara seiman berkumpul dan tidak menimbulkan kerusakan bagi lingkungan. Yah kalaupun ada beberapa berita miring, ya wajar-wajar ajalah, namanya juga orang ramai, pasti ada percik-percik api disana sini, yang untungnya memang tidak sempat jadi kobaran api. Paling yang agak saya sayangkan adaaa aja teman yang terpancing untuk membuat status "pembelaan diri", " Nyinyir tanpa maksud nyinyir (mbuhlah iki) hingga penghakiman dan pelabelan", yang sebenarnya sama sekali tidak perlu dilakukan (menurut saya lho, menurut saya). Karena apa? Ya karena, seperti kata Ali Bin Abi Thalib " Tak Perlu terlalu Keras menjelaskan siapa Dirimu Yang menyukaimu tak membutuhkannya Yang membencimu Tak mempercayainya"

Nah, seharian mengikuti temlen, membaca status yang lewat, gambar-gambar yang dishare, nonton youtube, saya terharu dan saya takjub, ada begitu banyak orang dan aksi berjalan tertib dan rapi. Dari yang saya lihat, ada banyak hal yang sangat patut diapresiasi terkait aksi 212 kemarin. 

1. Rumput Yang Aman Dari Injakan Massa
Saat SMA dulu, banyak halaman sekolah saya yang ditutupi rumput. Plang-plang bertuliskan " Rumput jangan diinjak" pasti ada dimana2. Dasarlah anak abege, udah ada tulisan gitu pun ya diinjek juga, alasannya biar cepet sampe, xixixi soale memang ada beberapa tempat yang kalo ga nginjek rumput, muternya jadi jauh. (Baca : Warna Warni Sekolah Kenangan )

Melihat aksi 212 kemarin di televisi dan gambar-gambar yang berseliweran di temlen, saya langsung fokus pada ijo-ijo yang terpampang nyata baik dari foto udara dari atas, atau dari siaran di youtube. Dari begitu banyak orang, ternyata rumput selamat dr diinjak-injak itu sungguh WOW menurut saya. Angkat topi deh untuk seluruh peserta aksi.






Perkara menginjak rumput ini bukan hal sepele sih menurut saya, ini tentang menetapkan sesuatu sesuai fungsinya,tentang menaati aturan dan tentang menjaga lingkungan yang ada tanpa dirusak atas kehadiran kita. Bukankah islam memang mengajarkan untuk menjaga lingkungan ? Sekali lagi, bagi saya ini hal yang mengagumkan. Iya, saya mah anaknya mudah dibuat kagum sama hal remeh tapi penting.

2. Aparat Yang Berbaur dan Membantu Para Peserta Aksi
Fungsi aparat memang itu. Sebagai pengayom masyarakat, sebagai pelayan rakyat. Tapi entah sudah begitu lama, aparat ditempeli sterotype negatif yang selalu bersebrangan dengan rakyat. Nah kemarin tuh saya melihat betapa para polisi benar-benar menjalankan fungsinya sebagai pengaman, dan pelindung peserta, sehingga aksi bisa berjalan dengan aman. Apalagi melihat para TNI yang membantu peserta asal Ciamis untuk menumpangi bis sehingga bisa selamat sampai di Jakarta. Melihat tidak ada bentrok antara aparat dan peserta aksi itu suatu hal yang menggembirakan bagi saya pribadi.




3. Orang-Orang Baik Masih Banyak di Sekeliling Kita
Para penjual roti dengan gerobak-gerobak bertuliskan " Gratis Untuk Para Mujahid" Penjual dawet dengan gerobak bertuliskan " Gratis Untuk Peserta Aksi Super Damai 212". Melihat mereka, saya langsung yakin, bangsa ini masih punya harapan seterang bintang kejora (kalau perumpaan salah, mohon dimaafkan). Orang-orang baik di sekitar kita, adalah tanda bahwa bumi masih layak dihuni. Dalam setiap keramaian, hal yang lumrah jika pedagang bakal mendapat keuntungan dari banyaknya peluang transaksi yang bakal terjadi. Namun, kali ini yang terlihat adalah keinginan untuk melayani, bukan mencari keuntungan. Semoga kalian mendapat keuntungan berlipat ganda di lain waktu.


4. Para Difabel Yang Hadir
Oooh kalau ini membuat mrebes mili sih. Iya saya mah anaknya ngga mudah trenyuh biasanya, tapi melihat mereka, saya merasa makin optimis bahwa keterbatasan itu sebenarnya tidak ada. Para Tuna Netra Mereka luar biasa. Ada malu yang diam-diam menyelinap ke relung hati.


5. Presiden Yang Dirindukan
Ah iya, jangan protes dulu saat saya bilang presiden yang dirindukan. Karena memang kehadirannya adalah yang dinantikan para peserta aksi. Kehadiran presiden , menurut saya semacam puncak dari aksi 212 kemarin. Jokowi, seperti bagaimana ia biasanya, hadir di tengah ribuan atau jutaan rakyat yang ingin menyampaikan aspirasinya. Tanpa seremonial, tanpa pengawalan berlebih, tanpa atribut kepresidenan. Dengan baju putih, menembus hujan, dia hadir sebagai jamaah sholat Jumat seperti yang lain. Ini katanya fotonya editan sih, karena hujannya kok bisa keliatan banget gitu. tapi tetep ini foto keren menurut saya ;)

Ini dialog yang saya kutip dari status Ainun najib Trivia menarik dari ring 1 barusan: Presiden bilang ke Mensesneg: "Saya yakin kita akan bisa menyelesaikan masalah ini, (tandanya) tahajud saya akhir-akhir ini terasa enak sekali." Presiden ketika naik ke panggung di Monas hari ini melepaskan sepatu. Ditanya oleh Paspampres, kenapa pak? "Ini panggung dipakai tempat sholat."     Sudahlah, tak perlu memperdebatkan, "Nah kan bisa datang, kenapa yang aksi 411 ngga bisa datang".

Justru ini menunjukkan bahwa dia bukan orang yang gegabah dalam bertindak. sesimpel itu kok. Atau ngga suara sumbang "Datang sih datang, tapi ngga menjawab tuntutan umat".

Duuuh budeeee, banyak maunya yah, serba salah semua. Kalau niat baik dan perbuatan baik orang pun tak bisa memuaskan hatimu, maka pertanyakan kembali apa niatmu sebenarnya.

6. Monas Tetap Bersih dan Cantik Seperti Sedia Kala

Sholat Jum'at selesai, peserta aksi beranjak pergi, monas seperti tak pernah didatangi ribuan atau jutaan orang. Bersih, bahkan lebih bersih dari saat sebelum aksi. Two Thumbs Up. Beberapa akhwat menyapu jalan, mengutip sampah, menyiram air di bekas koran yang lengket. Yup, seperti saya tulis di atas tadi, tak perlu menjelaskan, cukup apa yang terlihat saja. Islam itu cinta kebersihan, dan saya melihat itu kemarin di Monas.

***

6 hal istimewa dari aksi 212 yang bagi saya merupakan sebuah gambaran dan harapan, bahwa umat ini menginginkan kebaikan bagi negeri tercinta. Bahwa sang pemimpin juga menginginkan yang terbaik. Melihat aksi ini, saya jadi ikut terharu.

Melihat wajah-wajah mereka , ah saya yakin mereka melakukannya Lillahi Taala. Siapapun yang ingin memanfaatkan keikhlasan mereka, biarlah Allah yang membalas. Allah maha tahu isi hati setiap makhluk.

Namun, ada juga beberapa catatan yang bisa menjadi pengingat diri dan tidak boleh dianggap angin lalu. Ditunjukkan bukan untuk mencela, bukan untuk mengingkari kebaikan yang ada, tapi sebagai bahan introspeksi.

1. Pencekalan Wartawan 
Iya, ada beberapa video yang cukup mengganggu saya yang lewat di temlen, yaitu, video pencekalan terhadap para reporter Tivi. Saat melihatnya, duh saya langsung menarik ke diri sendiri. Membayangkan gimana kalau ada nasabah misalnya ngga puas dengan pelayanan di bank saya kerja, trus saat tau kalau saya pekerjanya, saya langsung dikata-katai.

Karena terkadang sebagai pekerja, ada hal-hal yang kita tau mungkin tidak menguntungkan nasabah, tapi namanya aturan perusahaan ya sebagai pekerja kita harus menjalaninya.

Saya ingat, dulu saat di Medan , jamannya PLN byar pet kayak minum obat, sehari bisa sampai 8 jam mati listrik, saat itu orang-orang yang bekerja di PLN kerap mendapat bullying dari masyarakat. Saya tahu, karena adik saya kerja di PLN. Betapa saat itu mereka bahkan menghindari memakai seragam kantornya demi tidak dikenali sebagai pekerja di perusahaan itu. Bahkan ada rumah pegawai PLN yang dilempari masyarakat sankin kesalnya mereka karena pemadaman listrik yang warbiasyak menjengkelkan. Coba, coba bayangkan hal tersebut.

Seberapa kesalnya pun pada pemberitaan di tivi, si media, rasanya ngga pantas para pekerjanya mendapat perlakuan seperti itu. Mereka sedang menjalankan tugas. Maka, komen-komen seperti " Siapa suruh mereka membuat berita yang selalu memojokkan muslim" Atau " Tidak ada asap maka tidak ada api, harus ngerti dong kenapa mereka berbuat demikian" adalah sebuah bentuk ketidakdewasaan dalam bertindak, dan mengotori kedamaian yang diusung oleh aksi kemarin. 

"Bagaimana Orang lain Bersikap Bukanlah Tanggung Jawabmu Namun bagaimana kamu Bereaksi atas Hal tersebut, itu menunjukkan siapa dirimu" Kendali toh tetap ada di tangan kita. Mau percaya pada media mana.

Jangan biarkan tindakan orang lain memperngaruhi perilaku kita. Lagian jangan meremehkan intelektual orang ah. Emangnya kalinn pikir, cuma kalian doang yang bisa tahu mana media yang beritanya berimbang mana yang ngga. Jadi ngga perlu mengkhawatirkan "Nanti masyarakat bisa salah kaprah dengan Islam" Justru perilaku seperti itu yang bikin masyarakat bisa salah kaprah. Biarkan mereka bekerja, menyajikan berita. kendali ada di tangan kita.

2. Status Baperan
Kalau yang ini sih, ngga cuma terjadi saat ini, di situasi apapun pasti ada kaum baperan. Merasa paling benar Merasa paling punya ghirah, sehingga yang lain dianggap kurang beriman. Berprasangka buruk bahwa orang lain berprasangka buruk terhadap aksi (nah lho mbulet kan).

Sampai bersusah payah sekali menjelaskan ke orang yang entah siapa. "Pahami ya ini aksi damai, bukan politik, bukan soal etnis, bukan soal agama, bukan soal suku" Lha makin dijelaskan malah makin membuat orang berfikir, ada apa? Udahlah, jangan sampai gara-gara status kita, yang tadinya orang mulai membatin " Oooh bisa juga yah aksi ribuan /jutaan orang itu tertib" malah jadi berubah " Dih, apaan sih, nyolot amat " Atau ngga status baperan berikutnya " Ada jutaan orang, bukan ribuan " Aduh, napa sih mba mas. Kalau memang jumlah bukan masalah, kenapa harus diributkan. Yang meluruskan dengan penjelasan secara logis juga jangan dibully atuh. Perkara jumlah memang bukan untuk eker-ekeran atau tanding-tandingan. Tapi ga ada salahnya pakai pendekatan paling logis sehingga ga gampang dipatahkan.

Sabar, pan pengakuan manusia ngga penting, yang penting Allah mencatat setiap langkahmu, bukan begitu? Kembali ke Ali Bin Abi Thalib " Tak Perlu terlalu Keras menjelaskan siapa Dirimu Yang menyukaimu tak membutuhkannya Yang membencimu Tak mempercayainya" Masa kamu mau maksa semua orang mengerti dan memaklumi dan ngga boleh membiarkan orang berprasangka ? Biarlah, biar orang menilai sendiri. jangan buang energy untuk sesuatu yang tidak bisa kau kendalikan. Cukuplah Allah yang menilai. 

***

Tak Ada gading yang tak retak

Pepatah kuno yang selalu didengungkan untuk pemakluman sebuah ketidaksempurnaan. Tidak perlu defensif untuk sebuah cela. karena ketidaksempurnaan adalah sebuah pengingat dan peredam kejumawaan.

Saya percaya, masih ada harapan untuk bangsa ini. Masih banyak orang baik di negeri ini Masih ada pemimpin yang punya visi membangun negeri.  Terima kasih atas aksi yang sungguh di dalamnya terdapat banyak pelajaran dan hikmah. Terima kasih untuk selalu mengingatkan dalan kebaikan. 

Seperti firman Allah " Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS.Yusuf :111).

Dan Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian. "Allah menganugerahkan hikmah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman allah)". (QS.Al-Baqarah:269).

Dan pada akhirnya saya harus minta maaf pada teman semua, jika ada kata kata atau status saya yang mungkin menyakiti hati siapapun. Indonesia hebat Islam rahmatan Lil alamin.

Tonton videonya ini ya, sejuk banget melihatnya. 
Note: Foto-foto dari FB, kalau ada yang tidak berkenan, mohon memberitahu, akan saya hapus.

Diposkan oleh Windi Teguh di 3:10:00 AM

Sumber:www.windiland.com/2016/12/catatan-aksi-bela-islam-212.html?m=1
Share on Google Plus

About Hurriyatul Jannah

0 komentar:

Posting Komentar