Sebuah catatan: Ide Gila Santri Ciamis Jalan Kaki 212 - Seri 6


Sebuah catatan: Ide Gila Santri Ciamis Jalan Kaki 212 – Seri 6

Waktu menunjukkan jam 14.00 kafilah melanjutkan lagi perjalanan menyusuri perjalanan tanjakan gentong berkelok yang agak –agak ekstrem bagi pejalan kaki. Yang memimpin didepan adik saya Kyai Agus Malik dan Epung di mobil komando ngasih orasi plus peserta berperawakan tinggi besar Kyai atah namanya. Suaranya menggelegar memberi semangat dan penjelasan kepada masyarakat yang terlewati.

Perjalanan agak lambat karena factor jalan yang nanjak, peserta mulai kelihatan  ngos-ngosan mengambil nafas. Air mineral di mobil komando dibagikan secara berantai kepada peserta longmarch, semuanya rela saling bagi. Sebotol berdua dan sesekali senyum terlempar dari bibir masing-masing untuk sekedar menghilangkan rasa capek dan lelah. Di bagian jalanan satu arah peserta menepi ke bahu median jalan dan duduk-duduk diatas pembatas jalan sambil menikmati indahnya pegunungan dibawah cuaca yang adem. Saya mendekati peserta yang paling kecil, “Capek nggak?” sambil kutepuk punggungnya, “Enggak, biasa aja” jawabnya. “Sendalnya kemana?” tanyaku lagi. “Putus talinya kang”, sambil mengamini pertanyaanku.
“udah naik mobil ajah, suruh saya pada saat itu. Dengan cepat dijawab oleh anak kecil ini, “Enggak ah, masih kuat kok.” Perasaan saya ada rasa berdosa dengan pemandangan itu, saya terus berjalan inspeksi semua peserta. Yang agak parah lecetnya cepat-cepat ditangani oleh tim kesehatan dari Rumah Zakat yang setia mengikuti dibelakang rombongan. Setengah jam istrahat, mobil komando disuruh berjalan lagi. Perjalanan dilanjutkan kembali. Untuk menyemangati peserta, saya naik ke mobil komando, “Wahai para santri, memang perjalanan kita masih panjang tetapi janganlah kalian menghitung jarak tempuh. Ayunkan langkah kaki walau sedikit merangkat dan kita akan sampai tujuan. Semuanya serempak menyambut dengan takbir sambil mengepalkan tangan ke atas tanda semangat mereka tidak luntur.

Handphone disaku celana bordering dan begitu diangkat seseorang yang mengaku dari IIBF sebuah komunitas pengusaha muslim Indonesia mengatakan  bahwa Dia dan tim menunggu rombongan diatas setelah tanjakan dan menyediakan untuk kami nasi kotak untuk makan sore.. Terima kasih Pak!!!

Setengah jam berlalu, sampailah rombongan didaerah perbatasan garut tepatnya ditugu selamat datang. Rombongan beristrahat lagi karena dermawan yang menyediakan ribuan nasi kotak sudah stand by menunggu kami. masyaAllah rizki itu begitu melimpah ruah datang dan tidak disangka-sangka. Kalau buan karena kuasa Allah tidak mungkin orang terketuk hatinya sedemikian dahsyat menyediakan makanan untuk ribuan orang ini. Mutlak pertolongan Allah. Semua peserta lahap menikmati makan sore dipinggir jalan karena sejak pagi baru saat itu dapat jatah makan lagi.

Satu jam kami beristrahat, hari itu matahari mulai redup dan waktu menunjukkan jam 5 sore. Kami diberikan komando dan perjalanan dilanjutkan menuju mesjid Malangbong. Di bagian jalan menurun masyarakat menyemut berbaris dipinggir jalan sambil bertakbir. Tua, muda, anak-anak dengan setia menunggu rombongan kami lewat. Makanan, minuman kemasan bertumpuk dipinggir jalan dan dibagi-bagikan pada peserta jalan kaki. Subhanallah, saya tak kuat menahan air mata. Begitu dahsyat rekayasa Allah sampai semua hati ummat tergeraj secara spontan. Ketika sedang khusyu berjalan, tiba-tiba ada yang mencegat saya dan langsung merangkul dan mencium pipi saya. Awalnya saya belum ngeh, setelah wajahnya kelihatan ternyata teman seperjuangan kami Kyai Tatang Mustoa Kamal tokoh ulama Malangbong. Beliau berlinang air mata menggandeng tangan kami dan ikut berjalan kurang lebih sau kilometer sebelum mesjid Malangbong. Subhanallah, begitu kami sampai di mesjid malangbong, ribuan orang menyambut kami. Jalan ditutup sementara, kumandang takbir berkali-kali terdengar dari masyarakat. Mereka sambil menangis, memegang handphone untuk mengambil foto dan video rombongan. Begitu masuk di halaman masjid, pengeras suara dari menara masjid dan terdengar suara pengumuman selamat datang kafilah jihad Ciamis, Selaamt datang wahai pembela agama Allah, Kami bangga dengan kalian kami bangga dengan perjuangan kalian. Begitulah kira-kira kata-kata yang terdengar.

Ratusan santri berjejer diteras masjid melantunkan sholawat badar, tak terasa air mata tumpah seketika. Ya Rabb keajaiban apalagi yang Engkau perlihaatkan pada kami, padahal yang kami lakukan bukan apa-apa dan belum seberapa disbanding dengan perjuangan para Nabi dan Sahabat. Ibu-ibu yang menyambut kami kelihatan girang sekai menyediakan makanan dan minuman untuk kafilah mujahid. Sepuluh menit sebelum adzan maghrib, semua peserta terkulai lemas dilantai dan pelataran masjid. Sebahagian pergi ke belakang mengambil wudhu persiapan sholat magrib. Tiba waktu adzan magrib semua peserta sudah siap melakukan shalat berjamaah. Masjid penuh dan sesak sampai meluber keluar. Tabiratul ihram imam memulai shalat, suaranya merdu menambah suasana perjuangan semakin kokoh. Bakda maghrib Kyai Maksum maju kedepan untuk mengimami isya jama’ qashar. Selepas berjamah saya merebahkan diri ke karpet yang empuk dan enak rasanya kalau langsung tidur. Namun belum 1 menit banyak orang disekeliling yang menunggu di Tanya satu per satu. Ternyata awak media dan para dermawan yang menanyakan rute dan jumlah peserta longmarch yang tersisa. Mereka siap koordinasi dengan rekan-rekan untuk menyediakan logistic sepanjang perjalanan. Saya mengiyakan dan mengucapkan terimakasih. Tidak banyak ngomong karena rasa kantuk yang sangat kuat. Selang beberapa menit seluruh peserta diumumkan masuk masjid, kami diberikan arahan dan semangat. Seperti biasa pekikan “ista’iduuuu,semua serempak menjawab “labaik” disusul takbir berulang-ulang bergemurh memenuhi ruangan masjid.

Tiba-tiba diluar terdengar suara gemuruh hujan lebat sekali. Semua terdiam, saya: lanjut apa cukup sampai disini?, lanjut’ jawab mereka. Tidak takut hujan?, tidaaak. Tidak takut kedinginan?, tidaaaakk. Padahal waktu menunjukkan pukul 19.30. akhirnya diputuskan rombongan tetap jalan walau hujan dan gelap. Semua dianjurkan memakai jas hujan plastic yang telah di bagikan, mulailah lagi kami berjalan menyusuri Jalan ditengah dingin hujan yang mengguyur dan gelapnya malam.

DIMANAKAH KAMI BERMALAM?
Tunggu diseri selanjutnya….

Share on Google Plus

About indrazurra

0 komentar:

Posting Komentar