Berikut ini tulisan dari Nanik S Deyang
dikutip langsung dari akun Facebook "NSD"
Seharian kemarin hingga pagi hari ini, Minggu (4/12) di grup-grup WA dan di timeline FB, Saya membaca banyak sekali orang-orang menulis kesaksian-kesaksian baik terkait dengan ketakjuban, keajaiban dan berbagai peristiwa yang menyentak nurani, hingga membacanya kadang harus disertai hujan air mata.
Hebatnya lagi, diantara kesaksian-kesaksian dari peristiwa 212 itu beberapa diantaranya yang menulis orang non muslim dan saudara kita beretnis China yang mengaku sengaja membaur dengan ummat. Hanya ingin tahu apa sebetulnya yang ingin dilakukan atau disampaikan ummat islam. Bahkan seorang Ahoker yang sengaja menyusu, meminta maaf berkali-kali dalam tulisannya karena selama ini sudah bersuudzon pada gerakan ummat 212.
Oh iya, ada juga wartawan non muslim dan medianya James Riyadi (Lippo), juga menulis kesaksiannya dan kekagumannya atas ketertiban dan kecintaan ummat Islam pada Allah SWT dan pada agamanya pada aksi 212.
Saya sendiri sampai bingung dan kehilangan kata-kata, bahkan sulit memulai menulis, karena saya seperti melihat mimpi dengan peristiwa-peristiwa "212". Saya benar-benar seperti baru pulang umroh atau berhaji. Rasa keimanan saya makin kuat. Saya benar-benar seperti mengulang umroh saya tiga tahun yang lalu saat hampir sepanjang puasa hingga lebaran berada di Makkah. Semalam saya bilang pada para ponakan-ponakan, :Kalian belum ke Makkah kan? Nah keajaiban-keajaiban yang terjadi di Makkah itu sama persis dengan yang kalian rasakan waktu kalian diantara lautan ummat Muslim 212 kemarin", kata saya kepada mereka.
Sekali lagi saya bingung mulai cerita darimana, saking rasa yang bercampur aduk di hati hingga pagi ini. Saya pada Jum'at (212) lalu berangkat bersama tim JMP sekitar pukul 3 dini hari dari base camp Dapur Umum JMP di Cibubur dengan konvoi 12 mobil. Mobil saya posisi paling belakang. Keluar pintu Tol Jagorawi ada rasa mengaduk-aduk hati ketika saya lihat jalan tol diwaktu sepagi itu sudah ramai, bahkan penuh. Keluar Tol Rawamangun, MasyaAllah saya mulai tersihir seperti berada dalam perjalanan Madinah-Makkah atau Jeddah-Makkah. Saya melihat tiba-tiba jalanan terang benderang seperti banyak lampu layaknya di jalan-jalan Madinah-Makkah atau Jeddah-Makkah. Saya melihat rombongan berbaju putih berjalan dialur jalan lambat, bus-bus besar disepanjang Jalan Pramuka menurunkan ummat yang semua berbaju putih yang ternyata dari berbagai daerah dan diberbagai sudut atau perempatan jalan juga banyak ummat bergerombol seperti menunggu kelengkapan anggota rombongan. Sebelum subuh jalan itu sudah demikian ramai, antar ummat satu dengan yang lain saling sapa.
Memasuki kawasan Gambir konvoi 12 kendaraan JMP mulai pecah 4 di Gambir, 4 pintu masuk Monas (dekat arah Harmoni) dan 4 lagi didepan Indosat (Patung Kuda). Saya kebagian yang didepan Indosat.
Saat memasuki kawasan Monas, suasana hati saya seperti melihat kawasan di sekitar Masjidil Haram. Bagaiman tidak? Disana saya banyak melihat mobil-mobil pribadi yang diatapnya dipenuhi barang-barang (para Mujahid dari luar kota), penjualan pakaian layaknya untuk kelengkapan haji bertebaran di trotoar Monas, tenda-tenda kecil dan meja-meja mulai dipenuhi dengan minuman dan makanan. "Ayo sarapan dulu, silahkan ambil", teriak mereka yang jaga tenda atau meja penuh makanan, bahkan ada yang memakai TOA untuk memanggil ummat bersarapan disubuh itu.
MasyaAllah, saya juga melihat mereka yang datang subuh itu melaksanakan shalat subuh di jalan-jalan. Beberapa jalan ditutup pagar kawat berduri di seputar Istana dan di Seputar RRI, membuat kami harus mutar lewat Harmoni untuk menuju Indosat.
Sampai di depan Indosat (depan Patung Kuda) kami mendapat tempat yang strategis, bahkan polisi dan satpol-PP mempersilahkan kami memarkir mobil-mobil kami disitu (tidak jauh dari posko sederhana yang kami buat). MasyaAllah, hanya berselang beberapa menit kami parkir, tiba-tiba seperti air bah datang mobil-mobil logistik dari berbagai organisasi atau hanya sekedar kumpulan dari Grup WA, Ibu-ibu Pengajian, Grup Arisan, dll.
Sepanjang jalan menuju Monas dan sekitar Monas di pinggiran jalan penuh makanan bahkan sudah seperti pameran akbar kuliner. Dan semua GRATIS. Dari nasi campur, nasi padang (dari padang yang dibungkus kotak), nasi madura, lontong sayur, nasi uduk, dll semua ada. ummat tinggal ambil sekuat dia bawa.
Merinding saya melihat para mujahid dan mujahidah sampai binging membawa makanan karena semua menawarkan gratis. Makanan meluber, dari subuh sampai selesai acara. Anda akan melihat layaknya kalau Anda umroh dibulan puasa, dimana pada saat berbuka banyak sekali berbagai makanan ditawarkan dan diberikan secara gratis. Jadi hari itu rasanya sampai bubarpun tidak ada mujahid yang kelaparan atau kehausan. Bagaimana tidak, ratusan ribu bahkan jutaan karton ada disepanjang jalan. dan ummat tinggal mengambil saja.
Dari subuh aliran manusia menuju Monas mengalir makin deras. Ujungnya pukul 7 pagi, Monas sudah penuh dan sekitar kami (di luar monas) yang tadinya masih lengang, pukul 8 juga sudah makin padat dan saat pukul 10 pagi, kami sudah tidak bisa bergerak kemana-mana. kita hanya bisa berdiri ditempat. Bahkan waktu Shalat, tidak sejengkalpun tanah kosong. Sekali lagi persis suasana umroh atau saat berhaji.
Saya dan kawan-kawan saya juga merasakan keajaiban-keajaiban seperti di tanah suci. Sebagai contoh, saat pukul 8 pagi, perut saya sudah mulai keroncongan dansaya ingin makan nasi padang seperti yang ditawarkan posko sebelah (banyak sayurnya), saya minta sopir untuk meminta nasi bungkus padang keposko sebelah, ternyata katanya sudah habis. Namun 10 menit kemudian, tiba-tiba anak muda membawa satu tas kresek besar nasi Padang persis seperti yang saya inginkan sambil mengatakan, "Titip ya tolong bagikan", katanya sambil berlalu pergi meninggalkan bungkusan diatas tumpukan karton. MasyaAllah, ternyata isinya tidak hanya puluhan bungkus nasi padang, tapi juga camilan yang lagi diinginkan tim JMP Regina Clodya Vallery (Evellin). Tidak lama teman saya Mbak Ika Sarawati Sarah mengatakan lagi nggak pengen makan nasi, tapi lagi ingin makan kurma. Entah darimana asalnya tiba-tiba ada bapak-bapak mengulrkan tiga kantung kurma kwalitas super. Lagi kawan saya yang juga jaga posko logistik JMP Mbak Acut Purwoko berbisik ingin risoles, Ya Allah, tidak lama kemudian Mbak Acut dicolek dari belakang ada yang memberi risole. Allahu Akbar.
Mbak Ika yang sudah mulai pengap dan susah nafas kerena banyak orang, tiba-tiba mengatakan, Ya Allah berikan kami oksigen. Tiba-tiba angin semilir yang sejuk sekali datang menerpa wajah dan hidung kami, hingga kami merasa lega bernafas.
Lagi Evelin mengatakan, ingin ngemut permen dan lagi-lagi juga pedagang kopi dan teh dibelakang kami menyodorkan dua pack permen. Subhanallah! Usai shalat jum'at saat logistik kita sendiri (makanan yang kami bawa) habis, ternyata kita semua tim JMP sedang kelaparan. Novia Opis yang dari pagi ingin nasi padang dari Rumah makan tertentu, tiba-tiba membawa satu tumpukan nasi padang kotak (yang paginya kami sempat omongin dari Rumah makan terkenal), dan satu box nasi bakar yang paginya juga sempat saya bayangkan. "Dari mana Pis?: "......, saya lagi jalan, ehh bapak-bapak pada ngasih ini". Ya Allah lahh kok apapun yang ada dalam pikiran dan menjadi keinginan kami ENGKAU BERIKAN!. Makanya saya sulit sekali menuliskan ini. Semua serba AJAIB.
Allah SWT ada dimana-mana, di hati kita, di Monas, dan dimana saja asal kita ikhlas meminta Allah pasti kabulkan..
Saat pulang pulang saya sudah mikir pasti macet total nihh... Ya Allah saya melihat luar biasa kebesaranMu. Jutaan manusia itu mengalir dengan tertib, yang naik motor di pinggir jalan, yang jalan kaki di trotoar sehingga mobil yang didalamnya para mujahid begitu bebas mengalir. Ajaib jutaan manusia berkumpul, namun jalanan tidak macet. Wajar kadang kita tersendat sedikit. Oh yaa keajaiban lain juga terjadi pada cuaca. Sebelum hujan turun pas shalat jum'at, setiap setengah jam bila udara sudah gerah, Allah SWT menyapukan angin disetai rintik hujan sebentar, kemudian panas lagi. Demikian terus hingga turun hujan saat shalat jum'at dan berhenti persis bersamaan dengan berhentinya shalat jum'at atau saat acara selesai.
Yang lucu lagi ternyata kita juga tidak boleh sedikit pun punya pikiran dan hati jahil saat 212. Saya baru menggelar karton untuk sedikit bisa duduk. Saya bilang, "Mudah-mudahan nggak ada yang injak-injak...." ehh baru diam, tiba-tiba mujahidah berbadan besar berpakaian hitam menginjak-injak tempat saya duduk begitu saja tanpa permisi (bagi yang sudah ke Makkah pati ketawa membaca tulisan ini, karena kita jemaah dari Indonesia itu sering kelindas, atau bahkan diinjak-injak jamaah haji berbadan besar dari negara lain). Yang kedua saya lagi mikir, Mudah-mudahan tidak ada yang lempar sepatu kulit nih hujan-hujan kayak gini. MasyaAllah "PLOK" dua pasang sepatu terlempar dari bapak-bapak yang mau shalat. ha ha ha.... sambil menutup hidung saya menyingkirkan sepatu tersebut. saya bilang ke Mbak Ika, "Mbak baru aku bilang sudah dikirimin yang aku nggak suka .....ha....ha.."
itulah sekelumit cerita peristiwa 212 dari saya dan saya pribadi peristiwa ini luar biasa, hingga tidak mungkin saya lupakan sepanjang hidup saya. carita ini juga akan saya simpan untuk anak-cucu saya, tentang bagaiman kami dan para ummat lainnya berjuang bersungguh-sungguh untuk membela dan menjaga agama kita dan kami dari hinaan siapapun.
Semoga setelah bela islam 3 (212) pemerintah dan penegak hukum tidak main-main lagi dengan gerakan ummat dan mau menindak tegas penista agama. Kalau tidak, jangan salahkan kalau suatu saat lautan ummat akan membuat JAKARTA LUMPUH berhari-hari!
Jakarta, Munggu 4/12
NSD
0 komentar:
Posting Komentar