Curahan Hati Dokter Peserta Aksi 212 : "Kami Dibilang Dokter Radikal"

Sudah menjadi risiko dan sunnatullah bahwa memperjuangkan kebaikan akan selalu ada yang tidak suka. Berbuat baik masih saja ada nyinyiers di sekitar kita.


Anda tidak perlu takut atau kecil hati. Sebab, Anda tidak sendiri. Banyak muslim yang mengalaminya. Apalagi pasca Aksi Damai 212 yang telah lalu. Bahkan sekalipun bila profesi Anda cukup terhormat. Seperti yang dialami oleh Yogi Prawira beserta temannya yang sama-sama berprofesi sebagai dokter.


Berikut curahan hati Yogi Prawira tentang tudingan yang diarahkan kepadanya:


***


"Kita dibilang kelompok dokter radikal!" curhat seorang sejawat dalam grup chat dokter yang turun dalam Aksi Bela Islam III kemarin.


Seorang konsultan senior ikutan panas dan menimpali, "Jabanin aja, buka satu per satu nama anggota grup ini. Biar dia tahu siapa yang dibilang 'radikal'! 😡



Just so you know, walaupun tidak diliput media, kemarin ribuan dokter baik yang terorganisir maupun tidak, ikut turun dalam Aksi Bela Islam III. Ada direktur sebuah RS berakreditasi internasional di Jakarta, ada konsultan senior yang merelakan kamar hotelnya dijadikan posko. Ada rektor yang juga guru besar, berhujan-hujan di kerumunan massa. Ada pediatric cardiac intensivist, yang di tanah air jumlahnya bisa dihitung dengan jari, namun dengan ikhlas turun tangan dalam tim bantuan medis.



Insya Allah kami semua ikhlas turun dan terpanggil, meninggalkan semua kesibukan duniawi demi membela agama kami.


Postingan yang saya copas dari WA group berikut ini kira-kira bisa mewakili perasaan kami, teruntuk kawan-kawan 'muslim' yang nyinyir.


Buat temen yang muslim tapi nggak suka aksi 212, sebaiknya nggak usah nyinyir dan mencemooh saudara kalian.



Iman itu masalah rasa. Kalo nggak merinding melihat perjuangan mereka, ya itu masalahmu. Hanya orang-orang tertentu yang bisa merasakan ghirahnya. Tapi nggak usahlah menertawakan seolah kalian juru damai.


Iman itu berpihak. Nggak ada iman yang netral. Dan sekarang sedang diuji, ke arah mana iman kita berpihak. Ke arah ayat suci yang dibilang bohong, atau ke arah penistanya. Ingat aja, cinta yang berlebihan pada makhluk membutakan hati dan menghilangkan nalar.


Nggak usah teriak NKRI harga mati seolah yang ikut aksi sekarang bukan bagian dari penjaga NKRI. Mungkin ini eranya yang mengobok-obok keyakinan orang lain disebut simbol kebhinnekaan sementara yang terluka karena keyakinannya diintervensi dituduh pemecah belah.


Nggak usah melebarkan masalah seolah ini aksi anti agama lain, anti etnis tertentu, anti toleransi atau anti bhineka. Cerdaslah sedikit. Ini soal anti perkataan seseorang. Kenapa harus dilebar-lebarin sampe ke isu anti antian yang lain . Sadarkah kalian, dia bicara buruk soal al maidah 51 itu karena satu tujuan: melanggengkan kekuasaan. Pdahal kami juga gak mempermasalahkan kalau kekuasaannya langgeng dengan cara yang pantas.


Tanyakan lagi ke hati nurani kalian, gimana rasanya saat mendengar jutaan saudara muslim yang berkumpul disana dengan ghirah membara, dituduh dapat bayaran 500 ribu oleh orang yang kalian cinta. Kalo hati kalian membenarkan, segera istighfar.


Jangan karena kalian ada dipihak penguasa dan kebal UU-ITE , kalian lemparkan kata-kata seprovokatif dan sesinis mungkin melukai saudara-saudara seagama kalian.


Duduk manis ajalah. Nonton TV, seruput kopi di cuaca yang menyejukkan ini, dan kunjungi lagi hati kalian. Tengok kondisinya sekarang. [Paramuda/BersamaDakwah]

Sumber: http://news.bersamadakwah.net/2016/12/curahan-hati-dokter-peserta-aksi-212.html?m=1
Share on Google Plus

About Unknown

0 komentar:

Posting Komentar