Adalah saya akan tak ikut lagi aksi 212..?
Tulisan Joni A Koto, Arsitek, Urban Planner, alumni ITB 1993
Cerita Inspiratif buat kita2 yang merasa sudah 'cukup'
beragama..
Mohon Sebarkan dengan Ikhlas
Saya anggap dunia adalah soal bagaimana hidup dan cari
kehidupan.. bagaimana menikmati dan lebih baik dari manusia lain, bagaimana
bisa punya status baik, dihargai dengan apa yang dipunya dan sedikit jalan-jalan
menikmati dunia..
Saya anggap orang yang maju dalam agama itu adalah yang
berfikiran luas dan penuh toleransi, saya anggap tak perlulah terlalu fanatis
akan sesuatu, tak perlu reaktif akan sesuatu, keep calm, be cool.. Janganlah
sesekali dan ikut-ikutaan jadi orang norak.. ikut kelompok jingkrak-jingkrak
dan entah apalah itu namanya..
Saya tak ikut aksi bela agama ini itu. Kalian jangan usil, jangan
pikir dengan kalian-ikut dan saya-tidak artinya kalian masuk syurga dan saya
tidak..! Saya ini beragama lho, saya ikut berpuasa, saya bersedekah dan
beramal.. Saya bantu orang-orang, bantu saudara- saudara saya juga,, jangan
kalian tanya-tanya soal peran saya ke lingkungan, kalian lihat orang-orang
respek pada saya, temanpun aku banyak.. tiap kotak sumbangan aku isi..
Saya masih heran, apa sih salah seorang Ahok..? Dia sudah
bantu banyak orang, dia memang rada kasar tapi hatinya baik kok, saya hargai
apa yang sudah dia buat bagi Jakarta.
Saya anggap aksi ini itu hanya soal politis karena kebetulan
ada Pilkada. Saya tak mau terbawa2 arus seperti teman-teman kantor yang tiba-tiba
juga mau ikut aksi, saya anggap itu berlebihan dan terlalu cari-cari sensasi..
paling juga mau selfie-selfie.
Sampai satu saat.
Sore ini dalam gerimis saat saya ada di jalan, dalam mobil
menuju tempat miting, dalam alunan musik barat saya berpapasan dengan rombongan
pejalan kaki, saya melambat, mereka berjalan tertib, barisannya panjang sekali,
pakai baju putih- putih, rompi hitam dan hanya beralas sendal, muka mereka
letih, tapi nyata kelihatan tidak ada paksaan sama sekali di wajah-wajah itu..
mereka tetap berjalan teratur, memberi jalan ke kendaraan yang mau melintas,
tidak ada yang teriak, berlaku arogan dan aneh-aneh atau bawa aura mirip
rombongan pengantar jenazah yang ugal-ugalan.. Ini aneh, biasanya kalau sdh
bertemu orang ramai-ramai di jalan, aromanya kita sudah paranoid, suasana panas
dan penuh tanda tanya negatif.
Sore ini, di jalan aku merasa ada kedamaian yang kulihat dan
kurasa melihat wajah-wajah dan baju putih mereka yang basah terkena gerimis.
Papasan berlalu, aku setel radio lain..ada berita, rombongan
peserta aksi jalan kaki dari Ciamis dan kota-kota lain sudah memasuki kota, ada
nama jalan yang mereka lalui.. Aku sambungkan semua informasi, ternyata yang
aku berpapasan tadi adalah rombongan itu.. Aku tertegun..
Lama aku diam, otakku serasa terkunci, analisaku soal
bagaimana orang beragama sibuk sekali mencari alasan. Tak kutemukan apa pun yang
sesuai dengan pemikiranku. Apa yang membuat mereka rela melakukan itu semua..?
Apa kira-kira..? aku makin sibuk berfikir.. Apa menurutku mereka itu
berlebihan..? Rasanya tidak, aku melihat sendiri muka-muka ikhlas itu.. Apa
mereka ada tujuan-tujuan politik..? Aku rasa tidak, kebanyakan orang sekarang
mencapai tujuan bukan dengan cara-cara itu..
Apakah orang-orang dengan
tujuan politik yang gerakkan mereka itu..? Aku hitung2 dari informasi, akan ada
jutaan peserta aksi, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk itu kalau ini
tujuan kelompok tertentu.. Angkanya fantastis, rasanya mustahil ada yang mau
ongkosi karena nilainya sangatlah besar..
Aku berfikir 'dalam', di mobil, masih dalam gerimis, kembali
berpapasan dengan kelompok lain, berbaju putih juga, basah kuyup juga..
Terlihat di pinggir-pinggir jalan, anak-anak sekolah membagikan minuman air
mineral ukuran gelas, sedikit kue-kue warung ke mereka, sepertinya itu dari
uang jajan mereka yang tak seberapa..
Aku terdiam makin
dalam.. Ya Allah, kenapa aku begitu buruk berfikir selama ini..?
Kenapa hanya hal-hal jelek yang mau aku lihat tentang
agamaku.. Kenapa dengan cara pandangku soal agamaku..?
Aku mampir ke masjid, mau sholat Ashar.. aku lihat sandal-sandal
jepit lusuh banyak sekali berbaris.. aku ambil wudhu..
Kembali di teras, kali ini aku bertemu rombongan tadi, mungkin
yang tercecer. Muka mereka lelah sekali, mereka duduk, ada yang minum, ada yang
rebahan, dan lebih banyak yang lagi baca Qur'an.. Hmmm..
Aku sholat sendiri,. Tak lama punggung ku dicolek dari
belakang, tanda minta aku jadi imam, aku cium aroma tubuh-tubuh dan baju basah
dari belakang.. Aku takbir sujud, ada lagi yang mencolek. Nahh.. Kali ini
hatiku yang dicolek..
Entah kenapa, hatiku
bergetar sekali, aku sujud cukup lama, mereka juga diam.. Aku bangkit duduk,
aku tak sadar ada air bening mengalir dari sudut mataku..
Ya Allah.. Aku tak pantas jadi imam mereka. Aku belum sehebat,
setulus dan seteguh mereka.. Bagiku agama hanya hal-hal manis, tentang hidup
indah, tentang toleransi, humanis, pluralis, penuh gaya, in style.. bla bla
bla.. Walau ada hinaan ke agamaku aku harus tetap elegan, berfikiran
terbuka.. Kenapa Kau pertemukan mereka
dan aku hari ini ya Allah, kenapa Kau
jadikan aku imam sholat mereka..? Apa yang hendak Kau sampaikan secara pribadi
ke aku..?
Hanya 3 raka'at aku imami mereka. Hatiku luluh ya Allah..
Mataku panas nahan haru.. Mereka colek lagi punggungku, ada anak kecil usia
belasan cium tanganku, mukanya kuyu tapi tetap senyum.. agak malu-malu aku
peluk dia, dadaku bergetar tercium bau keringatnya, dan itu tak bau sama
sekali.. Ini bisa jadi dia anakku juga. Apa yang telah kuajarkan anakku soal
Islam..? Apakah dia levelnya sekelas anak kecil ini..? Gerimis saja aku suruh
anakku berteduh.. dia demam sedikit aku panik..
Aku nangis dalam hati.. di baju putihnya ada tulisan nama
sekolah, SMP Ciamis.. Ratusan kilo dari sini.. Kakinya bengkak karena berjalan
sejak dari rumah. Dia cerita bapaknya tak bisa ikut karena sakit, dan hanya
hidup dari membecak, bapaknya mau bawa becak ke Jakarta bantu nanti kalau ada yang
capek, tapi dia larang..
Aku dipermalukan berulang-ulang di masjid ini.. Aku sudah
tak kuat, ya Allah..
Mereka bangkit, ambil
tas- tas dan kresek putih dr sudut masjid, kembali berjalan, meninggalkan aku
sendirian di masjid, rasa-rasanya melihat punggung-punggung putih itu hilang dr
pagar masjid, aku seperti sudah ditinggal mereka yang menuju syurga..
Kali ini aku yang
norak, aku sujud, lalu aku sholat sunat dua rakaat, air mataku keluar lagi..
kali ini cukup banyak, untung lagi sendirian..
Sudah jam 5an, lama aku di masjid, serasa terkunci tubuhku
di sini.. miting dengan klien sepertinya batal.. aku mikir lagi soal ke Islamanku,
soal komitmenku ke Allah, Allah yang telah ciptakan aku, yang memberi ibu
bapakku rejeki, sampai aku dewasa dan bangga seperti hari ini.. dimana posisi
pembelaanku ke agamaku hari ini..? Ada dimana..? Imanku sudah aku buat nyasar
di mana..?
Aku naik ke mobil, aku mikir lagi. Kali ini tanpa rasa
curiga, kurasa ada sumbat besar yang telah lepas dalam benakku selama ini.. Ada
satu kata.. Sederhana sekali tanpa bumbu-bumbu.. Ikhlas dalam bela agama itu
memang nyata ada..
Aku mampir di Minimarket, kali ini juga makin ikhlas, makin
mantap.. Aku beli beberapa dus air mineral, makanan kering, isi dompet aku
habiskan penuh emosional..
Ini kebangganku yang
pertama dalam hidup saat beramal, aku bahagia sekali.. Ya Allah ijinkan aku
kembali ke jalanMu yang lurus, yang lapang, penuh kepasrahan dan kebersihan
hati..
Ya Allah ijinkan aku besok ikut Shalat Jum'at dan berdoa
bersama saudara-saudaraku yang sebenarnya.. Orang-orang yang sangat ikhlas
membela Mu..
Besok, tak ada jarak mereka denganMu ya Allah.. Aku juga mau
begitu, ada di antara mereka, anak kecil yang basah kuyup hari ini.. tak ada
penghargaan dr manusia yang kuharap, hanya ingin Kau terima sujudku.. Mohon Kau
terima dengan sangat.. Bismilahirahmanirahiim..
sumber| www.humanity.zone
0 komentar:
Posting Komentar