KAMI BERSUJUD DIATAS AIR

Seharian itu kami sibuk mempersiapkan aksi 212. Sorenya sampai malam kami menyambut santri mafaza dari cabang yang lain, juga dari bandung. Ba'da shalat subuh takbir bergema menggetarkan setiap sudut pesantren mafaza. Semua santriwati berbaris dalam shaf yang rapih. Langkahnya penuh keyakinan. Alhamdulillah kami mendapatkan 3 bus. Dua hasil sewa, dan satu lagi hadiah dari Daarut Tauhiid Bogor. Terima kasih atas bantuan sahabat FB yang dengan sumbangannya memuluskan semua santri ikut aksi bela qur'an.
Begitu masuk tol sentul Selatan, jalanan penuh dengan Bis-Bis besar yang mengangkut jama'ah Adzikra. Kami saling melempar senyum dan melambaikan tangan. Perasaan akrab langsung menyeruak, meski kami tak saling kenal dan duduk dalam bis terpisah.
Memasuki Jakarta, jalanan semakin penuh. Penumpangnya memakai baju serba putih dan ikat kepala merah putih. Kami tak henti-hentinya melambaikan tangan dan berbagi wajah ramah. Mobil-mobil mewah bertuliskan LOGISTIK 212 ikut melaju pelan. Rasanya jalanan seperti dipenuhi keluarga besar.

Bis kami berhenti di tanah abang pada jam 9 pagi. Semua santri turun dan segera disergap warga sekitar, mereka menawarkan minuman dan aneka makanan. Kami menolak dengan halus. Bahwa kami baru saja sarapan di bis. Seorang ibu bersahaja menangis, ia ingin makanannya diterima para santri pejuang.

Perjalanan kami terhenti di perempatan thamrin. Disana jalanan sudah penuh sesak dengan pasukan putih dari berbagai penjuru. Kami segera menggelar sajadah dan duduk menyimak orasi tokoh-tokoh. Tanpa dikomando, jutaan manusia begitu tertib bersila, terutama saat K. H. Arifin Ilham memimpin do'a. Kami semua ikut terbang dlm setiap doa yg dipanjatkan. Saya mengaminkan dengan penuh kesungguhan saat ustadz yg lemah lembut ini merintih: "ya Alloh..turunkanlah hujan sebagai tanda do'a kami kau ijabah.."
Usai do'a, kami semua tetap patuh bersila disejadah kami, menyimak ceramah para ulama, ustadz Hidayat Nur Wahid dan Habaib. Lalu kami semua tenggelam dalam surat Al Kahfi yang dilantunkan Syeikh Ali Jaber.
Dada kami tiba-tiba bergemuruh dibakar orasi Ustadz Bachtiar Nasir. Saat beliau menyampaikan bahwa 'Kita adalah kaum baru yg lemah lembut terhadap sesama muslim dan tegas kepada kafir!' Iya benar. Sepanjang jalan kami merasakan segala macam bentuk perhatian dan kasih sayang sesama muslim. Namun pada saat yang sama, kami merasa siap mengorbankan jiwa raga untuk menunjukkan ketegasan kepada orang-orang kafir.
Tensi mereda saat A'A Gym naik podium. Dengan gaya candanya yang khas, Aa berhasil membuat wajah kami semua kembali berseri meski matahari mulai panas. Kami banyak tertawa meski udara makin menyengat. Namun Aa Gym mengingatkan bahwa kita jangan sekali kali terpedaya oleh jumlah yang banyak. Sebab kemenangan tidak akan didapatkan oleh jumlah yang banyak, melainkan oleh pertolongan Alloh.
Menjelang adzan saya mulai resah karena sulitnya mendapatkan tempat berwudlu, posisi saya terjebak ditengah jutaan manusia. Saya ijtihad bertayamum. Mengambil debu dr sajadah dan tas ransel. Tiba2 gerimis turun..bersamaan dengan itu, terdengar seruan ust Bachtiar Nasir "Saudara2... Alloh telah menurunkan air dari langit untuk mensucikanmu. Gunakanlah untuk berwudlu"..

Subhanalloh, alangkah indahnya pemandangan itu, jutaan kaum muslimin berwudlu dengan air hujan yang mengguyur mereka. Lihatlah pemandangan itu.. 7,4 juta manusia menyelesaikan wudlu ditempat yang sama secara bersamaan dalam waktu 5 menit.

Dan bukankah tadi kami semua mengaminkan doa Ustadz Arifin yang meminta hujan sebagi tanda di ijabahnya doa doa kami.
Sejurus kemudian kami semua, dari orang nomor satu di Indonesia, pejabat elit, panglima tertinggi sampai rakyat jelata sudah duduk dengan tabah, menyimak khotbah Habib Riziq dibawah guyuran hujan yang penuh barokah. Tak ada satupun yg bergeming dari sajadahnya yang basah.

Selesai khutbah, berjuta juta manusia ini berdiri serentak dengan rapih tanpa komando. Kami tetap bahagia dengan hujan, kali ini dalam shalat. Saat qunut nazilah dipanjatkan, 7,4 juta manusia ini menyatu dalam kekhusyu'an.. Kami menangis dalam untaian do'a-do'a. Merasa pedih atas dosa dosa diri. Merasa sesak dengan kondisi negeri. Dan tangisan kami pecah saat nama saudara kami di rohingya disebut... Oh Alloh..

Alangkah tak bergunanya hidup ini jika tak bisa membebaskan saudara seiman dari cengkraman kekejian kaum kafir.
Lalu kami berlutut disajadah kami yg tenggelam 5 cm dibawah genangan hujan. Dan kami bersujud di atas air. Ah nikmat.. Nikmat sekali. Wahai Alloh.. Masukan kami kedalam golongan orang-orang yang mereguk telaga Al Kautsar...agar bisa berjumpa dengan kekasih kami, Rasulullah SAW.

Saat bangkit dari sujud, air mengucur dari rambut-rambut kami yang tertunduk.. Dan kami semua bergumam..

Ya Alloh.. Ampunilah aku
Sayangilah aku
Tutupilah aib aibku
Angkatlah derajatku
Berilah aku rizki
Berilah aku petunjuk
Sehatkanlah aku
Maafkanlah aku
Ini adalah shalat jumat kami yg paling nikmat. Berdiri dibawah guyuran hujan. Duduk diatas sajadah yg tergenang, dan sujud diatas air. Usai shalat jum'at kami merasa kurang.. Maka hampir semua kembali berdiri shalat. Jama' takdim.
Kami pulang berdesakan. Namun tertib dan berjalan perlahan. Di sepanjang jalan orang2 kembali sibuk menawarkan minuman, makanan hingga permen. Sebagian menyodorkan kantong plastik, mempermudah kami membuang sampah.
Alangkah nikmatnya persaudaraan iman. Lebih2 saat di ikat perjuangan. Kini saya mengerti, kenapa para mujahid itu lbh hebat itsarnya.



Ditulis oleh :
Astri Hamidah

Sumber :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1288165757924823&id=100001942342007
Share on Google Plus

About Unknown

0 komentar:

Posting Komentar